Position Paper: Siapkah Indonesia untuk EUDR?

Implementasi Peraturan Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) menjadi tantangan besar bagi Indonesia, terutama terkait pengembangan metodologi untuk menilai risiko deforestasi. Pasalnya, sejumlah komoditas yang diatur dalam beleid ini merupakan komoditas unggulan tanah air seperti; sawit, kayu, kakao, karet dan kopi. EUDR dinilai akan menyumbat keran ekspor ke negara-negara langganan anggota Uni Eropa.

 

Di sisi lain, regulasi yang ada di Indonesia justru sejatinya mengatur pembatasan konversi hutan alam dan mendukung tujuan EUDR untuk mengendalikan deforestasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, aturan-aturan ini seringkali diabaikan untuk mengakomodasi peraturan Undang-Undang Cipta Kerja Omnibus Law tahun 2020, yang cenderung berpihak pada kegiatan komersial sehingga merugikan hak-hak masyarakat dan masyarakat adat, perlindungan lingkungan, dan upaya pemberantasan korupsi. 

 

Untuk itu, koalisi masyarakat sipil menyusun laporan kertas posisi, terkhusus pada kasus sektor minyak sawit Indonesia, ditinjau berdasarkan kriteria peraturan tersebut. Siapkah Indonesia untuk EUDR? Meninjau dari Observasi Praktik Perkebunan Kelapa Sawit diharapkan dapat menjadi masukan, saran dan pertimbangan objektif dalam perkembangan metodologi Benchmarking/tolok ukur penilaian risiko deforestasi.

Artikel Lainnya

Share

Annisa Rahmawati

Pembina

Annisa Rahmawati adalah seorang perempuan aktivis lingkungan. Mengawali karirnya pada tahun 2008 sebagai Local Governance Advisor pada program kemanusiaan di Aceh – di EU-GTZ International Service yang berfokus pada perawatan perdamaian dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah. Pengalaman dalam bisnis yang lestari dan berkelanjutan didapat dari Fairtrade International sebagai assistant dan di Greenpeace Southeast Asia sebagai Senior Forest Campaigner yang berfokus pada kampanye market untuk komoditas industrial khususnya sawit yang bebas deforestasi sejak tahun 2013-2020. Selain itu Annisa juga pernah bekerja sebagai asisten proyek di UN-ESCAP Bangkok untuk perencanaan pembangunan kota yang lestari pada tahun 2012. Annisa memiliki latar belakang pendidikan di bidang Biologi dari Universitas Brawijaya Malang dan mendapatkan master dari International Management of Resources and Environment (IMRE) di TU Bergakademie Freiberg Germany dengan dukungan Yayasan Heinrich Boell Stiftung. Annisa sangat antusias dan passionate untuk menyebarkan pesan dan kesadaran kepada dunia tentang permasalahan lingkungan dan bagaimana mencari solusi untuk menjadikan bisnis lebih bisa melakukan tanggung jawabnya, serta bagaimana kita bisa bertindak untuk menghadapi krisis iklim yang saat ini sedang kita hadapi.