[Policy Brief] Manis Pahit Nasib Petani Kakao Indonesia: Menangkap Peluang Penguatan Petani Melalui EUDR

Kalkulasi yang dilakukan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2021 menunjukkan kakao merupakan salah satu dari produk agrikultur lain yang menjadi penyebab dari 90% deforestasi secara global. Di lain sisi Indonesia merupakan eksportir utama kakao, terlebih paska krisis iklim menyerang negara produsen di Afrika. Namun, di tengah permintaan yang terus meningkat, kita dihadapkan pada tantangan besar terkait tata kelola keberlanjutan industri kakao. Salah satunya adalah kebijakan European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR) yang diinisiasi oleh Uni Eropa, yang menuntut ketelusuran serta tanggung jawab dalam praktik produksi untuk menghindari deforestasi dan kerusakan lingkungan.

Policy brief “Manis Pahit Nasib Petani Kakao Indonesia: Menangkap Peluang Penguatan Petani Melalui EUDR” diharapkan dapat memberikan wawasan komprehensif tentang pentingnya reformasi tata kelola untuk memenuhi standar keberlanjutan internasional sekaligus memanfaatkan peluang EUDR sebagai penguatan petani kakao Indonesia. Dalam konteks ini, kita perlu berfokus pada peningkatan transparansi, ketelusuran rantai pasok, serta penguatan kapasitas petani kecil. Kebijakan ini harus menjadi panduan untuk mendukung pelaku usaha komoditas kakao agar dapat mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan yang sejalan dengan prinsip EUDR, tanpa mengorbankan kesejahteraan petani dan masyarakat lokal.

Artikel Lainnya

Share

Annisa Rahmawati

Pembina

Annisa Rahmawati adalah seorang perempuan aktivis lingkungan. Mengawali karirnya pada tahun 2008 sebagai Local Governance Advisor pada program kemanusiaan di Aceh – di EU-GTZ International Service yang berfokus pada perawatan perdamaian dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah. Pengalaman dalam bisnis yang lestari dan berkelanjutan didapat dari Fairtrade International sebagai assistant dan di Greenpeace Southeast Asia sebagai Senior Forest Campaigner yang berfokus pada kampanye market untuk komoditas industrial khususnya sawit yang bebas deforestasi sejak tahun 2013-2020. Selain itu Annisa juga pernah bekerja sebagai asisten proyek di UN-ESCAP Bangkok untuk perencanaan pembangunan kota yang lestari pada tahun 2012. Annisa memiliki latar belakang pendidikan di bidang Biologi dari Universitas Brawijaya Malang dan mendapatkan master dari International Management of Resources and Environment (IMRE) di TU Bergakademie Freiberg Germany dengan dukungan Yayasan Heinrich Boell Stiftung. Annisa sangat antusias dan passionate untuk menyebarkan pesan dan kesadaran kepada dunia tentang permasalahan lingkungan dan bagaimana mencari solusi untuk menjadikan bisnis lebih bisa melakukan tanggung jawabnya, serta bagaimana kita bisa bertindak untuk menghadapi krisis iklim yang saat ini sedang kita hadapi.